Selasa, 11 Januari 2011

DPR Bentuk Panja Antimafia Pajak

VIVAnews - Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat sepakat membentuk Panitia Kerja Pemberantasan Mafia Pajak. Panja ini terbentuk setelah Komisi yang membidangi hukum itu menggelar rapat internal, Rabu 12 Januari 2011.


Panja ini akan dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi III dari Fraksi Partai Amanat Nasional Tjatur Sapto Edy. "Pleno Komisi III telah menugaskan kepada ketua untuk menyusun proposal kerja, termasuk tujuannya, latar belakangnya, siapa saja yang akan dipanggil. Itu akan disiapkan oleh Ketua Panja bersama dengan pimpinan Komisi III," kata Benny K Harman, Ketua Komisi III.


Rencananya minggu depan hasil rapat Komisi III mengenai rencana kerja Panja ini akan diajukan kepada Paripurna DPR agar disahkan. "Setelah itu nanti Panja diharapkan akan bekerja," ujar Benny.


Panja ini bukan untuk mengambil alih penanganan kasus yang pada tahapan saat ini dilakukan oleh aparat penegak hukum di kepolisian. Panja ini, kata Benny, pada esensinya adalah untuk memonitor, mengawasi, membantu, memperkuat, institusi penegak hukum, dalam hal ini kepolisian. Kepolisian diupayakan agar memiliki keberanian moral untuk melakukan proses hukum tanpa pandang bulu untuk menyelesaikan mafia pajak dengan meminta semua pihak yang ditengarai terlibat dalam kasus mafia pajak ini dipanggil dan diperiksa agar kemudian bisa diproses sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.


"Panja ini bukan untuk mempolitisasi kasus mafia pajak. Tujuan pembentukannya adalah untuk memberikan solusi terhadap sulitnya kasus mafia pajak ini ditangani oleh pihak kepolisian," kata Benny. "Mudah-mudahan Panja ini nanti akan memberikan harapan kepada publik untuk memperkuat kinerja institusi penegak hukum," tambah Benny.


Siapa saja yang akan dipanggil, tambah Benny, nanti akan berdasarkan kesepakatan yang tertuang dalam proposal kerja Panja. "Apakah kita akan panggil Gayus atau siapa saja yang terkait, itu nanti akan disiapkan oleh Ketua Panja," kata Benny.


Sementara itu, politikus Golkar Chairuman Harahap meminta Benny K Harman dan BHD mengungkap kesulitan penyidik menangani kasus Gayus. "Diungkap saja, Itu tidak akan meruntuhkan negeri ini, justru memperbaiki. Saya kira tidak akan meruntuhkan, tidak akan menggoyang," kata Chairuman.


Menurutnya, pengungkapan itu penting agar tidak menjadi isu liar dan membingungkan. "Ini menyinggung bagaimana aparatur kita. Saya kira perlu sungguh-sungguh," kata Ketua Komisi II DPR itu.


Menurut Chairuman, mencurigakan ada yang bisa menghalangi kepala kepolisian dalam mengungkap kasus. "Akhirnya kan semua serba dugaan. Siapa bisa menghalangi Pak Kapolri, akhirnya kan munculkan pertanyaan. Benny Harman juga bisa ungkapkan sehingga jelas," kata Anggota Badan Kehormatan itu.


Chairuman meminta Bambang Hendarso juga mengungkap ke publik ceritanya  pada Benny Harman itu. "Sangat fair BHD mengungkapkan atau membantahnya," ujar Chairuman.
• VIVAnews




Tulisan diatas penulis ambil sebagai salah satu contoh, akan keanehan di negeri kita ini. Seseorang yang telah diduga sangat kuat bersalah (itu kalau penulis mengambil kalimat diplomasi yang biasa digunakan para petualang politik karena takut digugat statementnya yang mengakibatkan berakhirnya kekuasaan yang dimilikinya saat ini), melakukan tindak pidana korupsi (maling), namun kesulitan dalam membongkar jaringan kejahatannya. Kenapa ?

Kita semua sudah tahu (rahasia umum), karena itu menyangkut para “pembesar” negeri ini. Sementara bila tindak pidana itu melibatkan rakyat kecil (maling jemuran atau maling ayam, bahkan maling buah randu / kapuk atau maling sendok makan dan piring), dengan cepat aparat bisa mengungkapnya.

Para pemegang otoritas negeri ini, seakan sudah saling meng-Amini (sepakat), untuk saling setia, bahu membahu dan saling tolong menolong dalam keburukan. Saling menutupi dan saling melindungi.  Sebuah opini yang sulit untuk ditepis dan diingkari. Berapa banyak kasus kejahatan ekonomi, HAM dan kejahatan kemanusiaan lainnya, yang bila sudah melibatkan para “pembesar” maka kasusnya akan hilang lenyap, menguap begitu saja tanpa penyelesaian. Terlalu banyak untuk diungkapkan dan disebutkan satu per satu.

Sementara, berapa banyak kasus “kriminal teri” dari mulai maling jemuran, randu, sendok dan piring, bahkan sampai kasus pembunuhan yang disertai mutilasi, atau kasus jaringan teroris yang super tertutup dan rahasia, yang untuk orang awam seperti kita, rasanya sulit terbongkar, akan tetapi bisa dibongkar dan diselesaikan. Namun untuk kasus kejahatan yang melibatkan para “pembesar” hasilkan akan sudah dapat diduga….Nol Besar. Padahal publik yang bodohpun sudah dapat membedakan benang merah dan benang putihnya, dan dapat menduga, siapa-siapa yang terlibat dan bersalah dalam kasus-kasus kejahatan tersebut. Akan tetapi, aparat (pemerintah), tak mampu (atau tak mau) menyelesaikannya. Sungguh sebuah ketidak adilan.

Lantas, apa gunanya kita memilih pemerintah yang seperti ini ?  Yang hanya bisa menekan ke bawah tanpa mampu merombak dan memperbaiki pada levelnya ? Sungguh sebuah upaya dan harapan yang sia-sia.

Yang kita butuhkan, sekali lagi adalah sosok Pemimpin, bukan Pemerintah atau Penguasa.

Pemimpin yang ideal. Pemimpin yang Berani untuk menumpas segala kejahatan dan ketidak benaran. Namun sekaligus Pemimpin yang takut untuk memulai, atau melakukan tindakan yang tidak terpuji itu. Pemimpin yang punya Rasa Malu, apabila tak berhasil menjalankan peranannya. Pemimpin yang bagaikan seorang Pemimpin Barisan. Yang siap berada di depan, memberi komando, arahan dan sekaligus ikut terjun langsung menghadapi segala medan yang mungkin dilalui. Pemimpin yang menyatu dengan rakyat yang menjadi anggota barisannya. Pemimpin yang tidak saja memberi contoh, namun juga terlibat langsung dalam seluruh aktifitas Barisan, baik dalam suka maupun duka.

Sebuah ilustrasi. Bagaimana pendapat anda, bila ada seorang atau sekelompok pemimpin di negeri ini, baik itu Lurah atau Camat atau Bupati, atau Gubernur bahkan Menteri atau Presiden sekalipun yang rela tidur dan makan bersama dengan para pengungsi yang sedang mengalami musibah di tenda pengungsian ? Dia atau mereka tak akan beranjak dari rakyatnya, selama rakyatnya masih dalam kesulitan.

Idealis kedengarannya, tapi memang itu sebuah tauladan yang indah. Sosok pemimpin seperti ini yang kita butuhkan, agar bangsa dan negara ini bisa bangkit dan menjadi bangsa yang besar serta disegani dan dihormati bangsa lain. Rakyat akan menyatu hati, pikiran dan perasaannya dengan sosok pemimpin seperti ini.

Masih adakah sosok atau figur calon Pemimpin seperti ini di negeri yang kaya, subur dan makmur ini ?  Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar