Rabu, 12 Januari 2011

Abunawas Modern

Foke Klaim Berhasil Bangun Jakarta
"Selama saya Gubernur, anggaran naik dari Rp 25 triliun jadi Rp 30 triliun," ujar Foke.
Rabu, 12 Januari 2011, 15:22 WIB
Maryadie, Dwifantya Aquina

Gubernur DKI Fauzi Bowo (VivaNews/ Nurcholis Anhari Lubis)

VIVAnews - Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengklaim pemerintahannya selama ini telah berhasil mencapai prestasi puncak dalam hal peningkatan dana APBD. Selama lima tahun terakhir, anggaran terus meningkat untuk pembangunan ibukota.

"Selama saya jadi Gubernur, anggaran naik dari Rp 25 triliun menjadi 30 triliun," ujar Fauzi saat meresmikan Kantor Pelayanan Pajak Terpadu di Kantor Kecamatan Tebet, Jakarta, Rabu, 12 Januari 2011.

Foke, sapaan akrabnya, menyatakan sejak awal dia resmi memimpin pemerintahan daerah, anggaran meningkat hingga 20 persen. Keberhasilan ini yang kemudian digadang-gadangkan Foke mampu memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat Jakarta.

"Di tahun pertama menjadi Gubernur, anggaran belanja dan pendapatan daerah (APBD) DKI hanya sebesar Rp 25 triliun. Tapi di tahun 2011 ini APBD DKI menjadi Rp 28 triliun dan di tahun 2012, saya optimis anggaran DKI akan mencapai Rp 30 triliun," ungkapnya.

Selain itu, sosok yang dikenal sebagai 'Ahlinya Jakarta' ini mengatakan tak dapat dipungkiri, dana pembangunan ibukota mayoritas berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Maka dari itu, pelayanan yang terkait  dengan penerimaan seperti pajak harus dioptimalkan.

"Saya harapkan pelayanan pajak akan jauh lebih baik lagi dengan adanya kantor pelayanan pajak terpadu ini. Nantinya pembayaran pajak bisa dilakukan satu atap di sini," jelasnya.

Pelayanan bagi para wajib pajak dipastikan bisa lebih cepat dan terorganisir dengan baik melalui sistem baru ini. Semakin optimalnya pelayanan maka akan semakin menambah PAD DKI untuk membangun Jakarta.

"Masa orang mau bayar pajak aja mesti lama ngantre. Sekarang katanya pembayaran bisa dilakukan dalam 3 menit, kalau bisa 3 detik," selorohnya.

• VIVAnews


Ironis, sebuah dagelan (lelucon) yang tidak lucu.

Satu lagi, berita tentang keanehan di negeri ini. Indonesia, bak negeri dongeng 1001 malam dengan segala peristiwanya. Ya, seolah negeri ini adalah negeri dongeng. Semua kisah dan lelucon hanya ada di negeri ini, tidak di negeri lain.

Pernyataan atau Klaim, atau apalah namanya, yang diutarakan oleh salah seorang “pembesar” negeri ini seperti dimuat dalam berita diatas, adalah sebuah contoh lagi. Bagaimana para “pembesar” negeri ini kembali melakukan pembodohan publik.

Klaim atau pernyataan tersebut diatas, yang dinyatakan oleh seseorang yang terlanjur mengangkat dirinya sebagai “Ahlinya Jakarta” itu, adalah sebuah upaya pembodohan sekaligus pembohongan publik. Sebuah Klaim atau pernyataan yang sangat tidak lucu, bila mendasarkan keberhasilan dalam memimpin itu didasarkan pada peningkatan anggaran.

Apalah artinya peningkatan anggaran, bila hal tersebut tidak dirasakan langsung, atau berpengaruh langsung terhadap kehidupan dan perekonomian masyarakat ? Dimana letak keberhasilan memimpinnya ?  Penilaian keberhasilannyapun dinyatakan oleh dirinya sendiri. Ibarat orang bercermin, bisakah dikatakan orang itu bercermin tanpa ada cerminnya ?  Atas dasar apa, bahwa dirinya sudah gagah, rapih dan bersih bila tanpa cermin sebagai pemantul ?  Layaknya, masyarakatlah yang memberi penilaian atas kinerjanya. Bukan dirinya sendiri. Sebuah penilaian yang super subjektive dan egois. Sok PeDe dan ke-ge’er-an namanya.

Peningkatan pendapatan keuangan. Bila hanya itu yang dianggap keberhasilan, tak perlu seorang Gubernur. Cukup pekerjakan tukang pungut pajak saja. Atau kalau perlu….Debt Collectornya sekalian. Dijamin, anggaran pendapatan akan meningkat pesat.

Dalam pernyataan-pernyataan lainnya, sang pembesar ini yang “Ahlinya Jakarta” mengeluarkan statement-statement atau pernyataan-pernyataan yang lebih aneh lagi. Seperti masalah banjir. Cuacalah yang disalahkan. Pemerintah kota lainlah yang ikut disalahkan.

Demikian pula dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di Jakarta, sang “Ahlinya Jakarta” ini kembali membuat pernyataan yang idiot, menyalahkan sepeda motorlah yang menjadi penyebab utama kemacetan lalu lintas di kota yang dipimpinnya.

Dua pernyataan terakhir diatas, menunjukkan sesungguhnya siapa sang “pembesar” kota Jakarta itu. Seseorang yang tidak pantas dan layak untuk memimpin kota yang berpenduduk sekitar 9 juta jiwa ini. Seseorang yang bertolak belakang dengan sesumbar dan janji muluknya sewaktu ingin menduduki kekuasaan di sebagian wilayah negeri ini.

Seakan sang pembesar itu sedang mencari pembenaran. Tidak fair dan jantan mengakui akan ketidak mampuannya menjadi pemimpin.

Betapapun, seseorang yang telah diberi legalitas dan kekuasaan, seharusnya mampu mendaya gunakan kekuasaannya itu untuk kemajuan dan peningkatan, tanpa berusaha mencari alasan (yang tidak lucu dan tidak masuk akal) bila tidak berhasil. Seseorang yang sudah mengajukan diri (meminta dipilih) untuk memimpin, ya…pimpinlah masyarakat ini dengan segala permasalahannya.  Jangan lari dari tugas (janji) dan tanggung jawabnya.

Kapan negeri ini akan maju, bila para pembesar negeri ini selalu bersikap demikian ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar